Seru Sih Ini! Cinta Yang Menjadi Awal Perang
Hujan kota luruh di kaca jendela apartemen Lin Yi, serupa air mata yang enggan jatuh sempurna. Aroma kopi pahit menari di udara, bercampur dengan jejak parfum mahal yang ditinggalkan sosok itu, sosok yang kini hanya hadir sebagai notifikasi yang tak pernah lagi muncul.
Semuanya dimulai dari sebuah kesalahan. Sebuah pesan salah kirim di WeChat, sebuah emoji canggung yang berujung pada obrolan larut malam. Zhao Ming, pria dengan senyum menggoda dan janji-janji yang semanis madu, pria yang kini hanya menjadi hantu dalam galeri fotonya.
Mimpi-mimpi mereka dulu terajut dari percakapan tentang masa depan, tentang liburan ke Kyoto di musim semi, tentang membuka kedai kopi bersama di sudut kota yang ramai. Tapi, mimpi itu kini terasa seperti pecahan kaca, tajam dan menyakitkan setiap kali dikenang.
KENANGAN! Lin Yi membenci kenangan. Setiap sisa obrolan yang tak terkirim adalah tusukan kecil di hatinya. Pesan-pesan itu, disimpan rapat dalam draf, berisi segala kerinduan, kekecewaan, dan amarah yang terpendam. Ia ingin berteriak, ingin menuntut penjelasan, tapi bibirnya kelu.
Kehilangan itu terasa samar, seperti kabut yang perlahan menutupi segalanya. Zhao Ming menghilang tanpa jejak, meninggalkan Lin Yi dengan sejuta pertanyaan dan satu MISTERI besar: Mengapa? Apa yang salah? Apa yang sebenarnya terjadi?
Semakin Lin Yi mencari jawaban, semakin dalam ia terjerumus ke dalam jaring kebohongan. Rahasia itu akhirnya terungkap: Zhao Ming telah bertunangan dengan wanita lain, putri seorang pengusaha berpengaruh. Cinta mereka, ternyata, hanyalah permainan.
Lin Yi merasakan amarah membakar nadinya. Dendam? Ya, tapi bukan dendam yang meledak-ledak, bukan dendam yang menghancurkan. Dendamnya akan jauh lebih ELEGAN.
Beberapa bulan kemudian, sebuah pameran seni diadakan di galeri mewah. Lin Yi, dengan gaun merah menyala dan senyum dingin menghiasi bibirnya, berdiri di depan lukisan karyanya. Lukisan itu berjudul "Ephemeral," menggambarkan setangkai bunga layu di tengah badai.
Zhao Ming, datang bersama tunangannya, tertegun melihat Lin Yi. Ia mendekat, mencoba menyapa, tapi Lin Yi mengangkat tangan, menghentikannya.
"Lukisan ini," kata Lin Yi, suaranya tenang namun menusuk, "Terinspirasi dari sebuah hubungan yang seharusnya indah, tapi berakhir menjadi kehancuran yang ABSOLUT."
Ia menatap Zhao Ming tepat di mata, senyumnya semakin lebar.
Balas dendam lembut Lin Yi adalah keberhasilannya, kebahagiaannya, kehadirannya yang MEMPESONA di hadapan pria yang telah menyakitinya.
Lin Yi lalu berbisik tepat di telinga Zhao Ming.
"Pesan Terakhir: Terima kasih sudah mengajari saya apa itu kekecewaan, karena itu membuat saya menjadi lebih kuat. Selamat Menikah."
Ia berbalik, meninggalkan Zhao Ming membeku di tempatnya, lalu melangkah menjauh, menghilang di antara kerumunan.
Dan di layar ponselnya, terkirim sebuah email anonim berisi semua bukti pengkhianatan Zhao Ming kepada tunangannya.
Lin Yi tersenyum, senyum terakhir yang penuh arti.
Satu keputusan yang menutup segalanya tanpa kata: Menghapus semua nomor telepon, foto, dan obrolan. SEMUA!
Kemudian hening…
Hatinya hampa, namun entah kenapa, terasa begitu lapang.
You Might Also Like: Skincare Pencerah Wajah Tanpa Iritasi