Seru Sih Ini! Kau Menatapku Di Tengah Medan Perang, Dan Aku Lupa Bagaimana Caranya Membenci
Kau Menatapku di Tengah Medan Perang, dan Aku Lupa Bagaimana Caranya Membenci
BAB I: Aroma Bunga Plum di Tengah Debu
Debu beterbangan. Teriakan prajurit memekakkan telinga. Pedang beradu memercikkan api di tengah amuk perang. Namun, di tengah kekacauan neraka itu, mata elang Zhan Yi terpaku pada seorang sosok.
Di sisi musuh, berdiri seorang jenderal. Bukan postur gagahnya, bukan pula kilatan pedangnya yang menarik perhatian Zhan Yi. Melainkan, matanya. Mata itu… terasa familiar. Seperti melihat pantulan jiwanya sendiri.
"Siapa dia?" bisik Zhan Yi, lebih pada dirinya sendiri. Jantungnya berdebar kencang. Bukan karena takut, melainkan karena… sesuatu yang tak bisa dijelaskan.
Jenderal musuh itu menoleh. Tatapan mereka bertemu. Di tengah medan perang yang riuh, seolah waktu berhenti. Zhan Yi merasakan deja vu yang kuat. Aroma bunga plum tiba-tiba menyeruak, meskipun di sekitarnya hanya ada bau darah dan mesiu.
Malam itu, Zhan Yi bermimpi. Ia melihat dirinya, seratus tahun lalu, berdiri di taman yang sama. Bunga plum bermekaran dengan indahnya. Ia seorang pangeran yang jatuh cinta pada seorang tabib istana yang cantik jelita, Ling Yue. Cinta mereka terlarang. Janji terucap di bawah rembulan. Namun, pengkhianatan memisahkan mereka. Ling Yue dituduh berkhianat dan dihukum mati. Zhan Yi, sang pangeran, gagal menyelamatkannya.
Dosa itu menghantuinya selama seratus tahun. Janji untuk menemukan Ling Yue di kehidupan selanjutnya menjadi satu-satunya harapannya.
BAB II: Suara Seruling di Keheningan Malam
Jenderal musuh itu bernama Bai Qian. Setiap kali mata mereka bertemu di medan perang, Zhan Yi merasakan sakit yang familiar. Ingatan demi ingatan masa lalu menghantuinya.
Suatu malam, Zhan Yi menyusup ke perkemahan musuh. Ia menemukan Bai Qian sedang memainkan seruling di bawah rembulan. Nada yang dimainkan Bai Qian… Zhan Yi mengenalinya. Itu adalah melodi yang diciptakannya untuk Ling Yue seratus tahun lalu.
"Kau… mengenal melodi ini?" tanya Zhan Yi, suaranya bergetar.
Bai Qian menoleh. Matanya kosong, namun kemudian, secercah kejutan muncul. "Entahlah. Melodi ini… seolah sudah lama bersamaku."
Zhan Yi mendekat. Ia meraih tangan Bai Qian. "Ling Yue… apa itu kau?"
Bai Qian menarik tangannya. "Aku Bai Qian. Jenderal dari negeri Yan."
Namun, Zhan Yi tidak percaya. Ia tahu. Ia merasakan jiwa Ling Yue ada di dalam diri Bai Qian.
BAB III: Kebenaran Pahit
Zhan Yi dan Bai Qian terus bertemu di medan perang. Pertempuran demi pertempuran mereka lalui. Namun, di sela-sela peperangan, mereka mulai berbicara. Tentang mimpi-mimpi aneh, tentang perasaan familiar yang tak bisa dijelaskan, tentang aroma bunga plum yang selalu hadir di antara mereka.
Perlahan, ingatan masa lalu mulai kembali pada Bai Qian. Ia ingat taman bunga plum, ia ingat janji di bawah rembulan, ia ingat pengkhianatan dan kematian. Ia ingat semuanya.
Namun, ada satu kebenaran pahit yang terungkap. Bai Qian, atau Ling Yue, bukanlah korban tanpa dosa. Ia adalah putri dari seorang jenderal pemberontak. Ia mendekati sang pangeran untuk mendapatkan informasi. Meskipun ia akhirnya jatuh cinta pada Zhan Yi, ia tidak pernah benar-benar meninggalkan ambisinya.
BAB IV: Keheningan yang Membalas
Zhan Yi hancur. Ia mencintai Ling Yue, bahkan setelah seratus tahun. Namun, ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa cintanya didasari oleh kebohongan.
Pertempuran terakhir tiba. Zhan Yi dan Bai Qian berhadapan di tengah medan perang. Pedang mereka beradu. Namun, kali ini, tidak ada amarah di mata Zhan Yi. Hanya kesedihan.
Zhan Yi menjatuhkan pedangnya. Ia menatap Bai Qian. "Aku tidak akan membunuhmu."
Bai Qian terkejut. "Kenapa?"
Zhan Yi tersenyum pahit. "Karena aku sudah membunuhmu seratus tahun lalu. Sekarang… aku hanya ingin berdamai."
Zhan Yi berbalik dan meninggalkan medan perang. Bai Qian berdiri terpaku. Ia merasakan sakit yang menusuk di hatinya. Bukan karena luka fisik, melainkan karena keheningan Zhan Yi. Keheningan yang lebih menyakitkan daripada dendam. Keheningan yang membuatnya menyadari betapa besar cintanya pada Zhan Yi, dan betapa besar kesalahannya di masa lalu.
Zhan Yi memenangkan perang itu, tapi ia kehilangan segalanya. Ia kembali ke istana, namun hatinya kosong. Ia memerintah kerajaannya dengan bijaksana, namun ia tidak pernah lagi merasakan kebahagiaan.
Di taman bunga plum, ia duduk seorang diri. Aroma bunga itu mengingatkannya pada Ling Yue. Pada cinta yang hilang. Pada janji yang tak bisa ditepati.
Tiba-tiba, ia mendengar bisikan di telinganya. Bisikan yang sangat familiar.
"Di kehidupan selanjutnya…"
You Might Also Like: Fakta Menarik Sunscreen Mineral Lokal