Kisah Seru: Pelukan Yang Tak Pernah Dimaafkan
Pelukan yang Tak Pernah Dimaafkan
Kabut ungu menyelimuti Kota Terlarang, setiap atap bagai perahu kertas yang terombang-ambing di lautan waktu. Di taman bunga persik yang tak pernah layu, berdirilah aku, Meng Liwei, melukis bayanganmu, Pangeran Ying, pada kanvas usang.
Senyummu adalah rembulan di balik awan, hangat namun tak tergapai. Suaramu, desahan angin di antara pepohonan bambu, menghantui setiap langkahku. Kita bertemu di mimpi-mimpi yang terlarang, di lorong-lorong waktu yang berdebu, tempat hukum kekaisaran tak berdaya.
Setiap goresan kuas adalah kerinduan yang terpendam. Setiap warna adalah air mata yang tak terucapkan. Lukisan ini bukan sekadar potret, tapi JIWAKU yang terperangkap dalam dimensi yang berbeda.
Kita menari di bawah hujan meteor yang jatuh seperti air mata dewa. Kau memelukku erat, sebuah pelukan yang hangatnya membakar jiwaku, sebuah pelukan yang tak pernah KUASA ku lupakan. Kita saling berjanji, terikat oleh benang merah takdir yang tak kasat mata.
Namun, takdir memiliki caranya sendiri untuk bermain-main dengan hati manusia. Kau dijodohkan dengan Putri Lan, pewaris tahta Kerajaan Utara. Aku, hanyalah seorang pelukis rendahan, berani bermimpi memiliki Pangeran yang bergelar langit.
Hari pernikahanmu tiba. Aku berdiri di kejauhan, di balik bayang-bayang menara lonceng. Gaun merahmu berkibar seperti kobaran api yang membakar hatiku. Senyummu, Pangeran Ying, PALSU. Aku bisa merasakannya.
Malam itu, badai mengamuk. Petir menyambar menara lonceng, menghancurkan lukisanku. Hancur pula hatiku.
Bertahun-tahun berlalu. Aku menjadi pelukis istana. Melukis potret para selir, para jenderal, bahkan kaisar sendiri. Namun, hatiku tetap beku, tertutup bagi cinta yang lain.
Suatu malam, saat aku membersihkan galeri kaisar, aku menemukan sebuah lukisan tersembunyi di balik tirai sutra. Lukisan itu menggambarkan diriku, menari di bawah hujan meteor, dengan senyum yang tulus. Di bawahnya, tertulis sebuah puisi dengan tinta emas:
"Untuk Liwei, matahariku yang hilang, Hatiku selamanya milikmu, Meski takdir memisahkan kita, Cinta ini abadi, takkan pernah sirna."
Di balik kanvas itu, aku menemukan sebuah rahasia. Pangeran Ying, tidak pernah mencintai Putri Lan. Dia menikahinya untuk menyelamatkan kerajaanku dari perang. Dia merelakan kebahagiaannya, demi KEDAMAIAN.
Air mata mengalir di pipiku. Kebenaran ini seperti belati yang menancap dalam, menebas harapan terakhirku. Cinta yang begitu indah, ternyata MEMATIKAN.
Pelukan itu, pelukan yang tak pernah ku maafkan, bukan karena pengkhianatan, tapi karena pengorbanan yang begitu besar.
Aku mendengar bisikan angin: "Ingatkah kau pada janji di bawah hujan meteor?"
You Might Also Like: Reseller Kosmetik Bimbingan Bisnis